Jujur aja, nggak pernah terpikirkan bahwa saya akan menjadi seorang mompreneur seperti sekarang. Sebuah profesi yang buat kebanyakan orang adalah ideal karena menjalankan peran sebagai ibu sekaligus wirausaha. Awalnya sih, karena saya ternyata suka banget baking: hobi yang sempat terbengkalai karena kesibukan bekerja. Ketika Ammar, anak lanang satu-satunya mulai menuntut perhatian ibunya, saya mulai berpikir untuk serius menjalankan bisnis ini sekaligus menggerakkan ekonomi keluarga dari rumah. Iya, dari rumah, dan online. Murah, meriah, santai tapi menghasilkan.
Alhamdulillah, dengan fokus pada produk bebas gluten, ternyata peminatnya cukup banyak dan selama ini kurang terjamah (cie…maksudnya niche gitu). Bekerja dari rumah juga menyita lebih banyak waktu dibanding waktu kerja kantoran lho, apalagi dikerjakan karena senang, tambah bikin lupa waktu dengan alasan dedikasi. Nggak bisa lagi saya menjalankan usaha ini sendirian, apalagi menjelang lebaran seperti sekarang. Super hectic! Pelan-pelan saya mulai mempekerjakan staf untuk membantu administrasi penjualan dan produksi. Diferensiasi pun mulai merambah pada baking demo dan kelas private dengan target healthy conscious community. Makin sibuk aje deh yeee…
Lalu gimana saya membagi peran ibu sekaligus pengusaha?
Dengan durasi waktu sama-sama 24 jam, yang bisa saya lakukan adalah mengatur seefisien mungkin supaya setiap menitnya bisa dioptimalkan dengan menjalankan peran-peran itu.
Mendekati hari raya di mana pesanan kue biasanya lebih banyak daripada hari normal, open PO jauh-jauh hari adalah andalan. Ini akan menentukan berapa jumlah produk yang dibuat sesuai kapasitas tim kerja, berapa modal yang diperlukan, dan bagaimana mengatur manajemen produksi supaya lebih baik dari tahun ke tahun. Supaya lebih terstrukstur, saya lebih senang menawarkan form isian pesanan online seperti ini supaya calon pembeli dapat dengan jelas melihat daftar produk, harga dan ingredients kemudian memesan dan memilih cara distribusi yang diinginkan. Sungguh rempong jika harus menjawab chat satu per satu ketika tangan saya juga belepotan adonan, pemirsa!
Produksi dilakukan menjelang PO ditutup, sekitar 2 minggu pertama Ramadan dimana sebelumnya premix tepung sudah juga saya siapkan terlebih dahulu dan diakhiri mendekati seminggu sebelum lebaran. Biar gimana pun saya tetap mau fokus ibadah di bulan yang datang setahun sekali ini kan…
Nah, kalau sehari-hari, bangun pagi diawali dengan ritual khas emak-emak seperti: mengurus keperluan anak termasuk bekalnya. Untuk yang satu ini, saya bersyukur Ammar tipe anak yang nggak susah makan dan mulai tertular makan sehat seperti ibunya hahaha… Setelah dia berangkat sekolah barulah saya mengontrol bisnis seperti mengecek data administrasi, meng-update info di media sosial mengenai produk terbaru, sampai mengawasi produksi di dapur sampai tiba Ammar pulang. Urusan produksi ini sudah bisa dihandle oleh staf, jadi saya nggak lagi terus-terusan nongkrongin oven hehehe…
Siang ketika Ammar pulang, adalah kesempatan merapatkan kembali bonding kami sebagai ibu dan anak. Sambil makan siang (disuapin) biasanya dia akan bercerita kesibukannya hari itu, panjang x lebar lapangan bola, anaknya ceriwis banget! Kadang-kadang dia juga ikut merusuh di dapur lho! Yang membanggakan sekaligus membahagiakan adalah, ketika saya sedang istirahat sore tiba-tiba dia datang membawakan masakan karyanya seperti pancake atau telur lipat yang diisi nasi ala calzone kesukaannya… atau banana smoothie ala-ala. Anak saya udah bisa jadi master chef cilik!
Capek nggak sih? Jelas dong! Tapi saya bersyukur punya keluarga yang mendukung banget, selain sahabat tempat curhat ketika stres meski komunikasi kami lebih banyak tersalurkan lewat Whatsapp. Pokoknya jangan sampe stres berlarut-larut deh. Seperti lingkaran setan, kalau lagi stres (misalnya karena laptop tiba-tiba hang pas ngecek laporan keuangan atau edit materi promosi, printer rusak, karyawan ngga masuk) biasanya berpengaruh pada kesehatan organ intim. Kamu juga pernah ngalamin kan?
Apalagi nih yaa terus-terusan berada di dapur yang suhunya hangat “memanjakan” itu, bikin area miss V jadi lembap dan gak enak. Kalo udah begini, andalan saya sih cuma satu yaitu Lactacyd. Sejak produk pembersih ini diluncurkan, ini sering saya pake sih buat menjaga kebersihan sekaligus keharmonisan rumah tangga. Nah, pas dikasih tau bahwa Lactacyd ngeluarin varian herbal yang mengandung sirih dan mawar saya langsung berburu ke toko ritel dekat rumah deh.
Sirih ini andalan dari jaman nyokap muda sih, tapi karena udah lumayan susah nyarinya ritual membersihkan pake air rebusan sirih jadi berkurang. Makanya ketika Lactacyd ngeluarin varian yang mengandung ekstrak sirih ini saya happy banget. Kamu udah coba?