Setiap kali diundang bikin kelas, tiap kali juga saya deg-degan. Offline atau online sama berdebarnya. Jangankan roti dan cake yg “high expected”, cookies yg saya anggap paling mudah saja ngga mau saya buat sembarangan. Kembali saya harus buka buku, riset ulang, eksperimen ulang, memastikan bahwa formula yg akan saya sampaikan tepat guna dan rasa. Jika perlu saya kirimkan bahan utamanya biar peserta bisa langsung praktek tanpa pusing cari kemana-mana.

Kemarin baru diinfokan kelas lanjutan utk praktek roti tanpa terigu, tapi dapat kabar WAG langsung dipindah ke Telegram supaya semua tertampung — whoaaa tambah deg dor akunyaa, apalagi nanti via Zoom, pastinya butuh keahlian teknis yg sdh ngga “gercep” aku lakukan lagi. Minta tolong deh sama Husein @motomulu, biar jadi tim tetap aku urusan dokumentasi. Aku mau fokus di urusan tepung aja.

Di dua kelas online terakhir saya, peserta diberikan rasio formula resep sehingga masing-masing bisa membuat dan memodifikasi resep dg keunikan tersendiri, tidak terpaku oleh resep yang saya berikan.

Saya berharap semua peserta bisa bantu penyelenggara kelas menjadi agen-agen GF di tempatnya masing-masing dan mendukung produk dari petani lokal demi ketahanan pangan kita.

Ingat ya, gandum tdk tumbuh di Indonesia.